Belakagan ini ada banyak pesan yang masuk ke akun pribadi gue. Baik melalui email, facebook,
instagram, maupun channel youtube. Gue pribadi senang berinteraksi dengan banyak orang,
berbagi apa yang bisa gue bagi, mulai dari informasi, pengalaman, ilmu, atau lainnya. sebab berbagi itu ternyata indah guys, asal jangan bagi-bagi hati dan
perasaan aja, nanti kalo baper berabe kan urusannya. Hehe.
Tentu gak ada maksud apa-apa dalam penulisan judul di
atas, gue cuma mau menjawab pertanyaan dari teman-teman kita yang mempunyai tekad tinggi melangkahkan kakinya ke bumi para nabi ini (Mesir). Gue berharap dengan tulisan
ini bisa membuka mata hati kamu supaya bisa lebih peka ke aku, eh maksudnya
mata hati kita supaya bisa lebih yakin terhadap kemampuan diri kita
masing-masing.
Ada
yang bertanya,
"kak
Alhamdulillah saya lulus tes ke Mesir, tapi problemnya saya ga mahir bahasa arab, dan saya takut
ketika ujian tes tahdid mustawa/ujian tingkat di mesir dapat
level rendah atau bahkan gak lulus, bagaimana kak?".
Yap,
kira-kira seperti itu inti dari pertanyaanya. Oke sekarang mari kita coba tarik
nafas perlahan terlebih dahulu, buang pelan-pelan sambil mengusir segala
kepenatan yang ada di benak kita.
Teman-teman,
tahu gak sih kalau segala sesuatu itu semuanya sudah direncanakan oleh yang
Maha Kuasa. Dari mulai kita lahir sampe kita bangkit dari alam kubur itu
semuanya sudah dicatat di Lauhul Mahfudz (lembaran takdir kita). Mungkin dari kita ada yang
pernah berfikir, kenapa gue bisa masuk kampus ini, udah mah bergengsi plus level internasional lagi.
Padahal gue kan ga bisa apa-apa?
Coba
pikirkan baik-baik. Ketika Alloh telah menakdirkan kita berada di tempat yang
kita inginkan, tentu Alloh gak sembarang ngasih sesuatu kepada hamba-Nya melainkan
di dalam perkara tersebut terdapat usaha dan tekad yang lurus kita. Kamu sudah
melalui berbagai macam usaha dari mulai persiapan tes, baik ikut bimbel sana-sini
maupun belajar otodidak, berdoa siang dan malam, hingga berjuang menghadadapi ujian
seleksi dan akhirnya berhak mendapatkan satu kursi di kampus idaman. Tentu
itu semata-mata bukan hal yang sederhana, bukan hal yang kebetulan ataupun hoki belaka,
semua ada prosesnya hingga kamu bisa terpilih menjadi MABA dari ratusan bahkan
ribuan peserta tes lainnya yang gagal dalam tahap seleksi. Pun halnya
dalam belajar, semua ada proses, mungkin
sekarang kamu merasa bahasa arab nya masih sangat minim, karena mungkin hanya lulusan
SMA/MA yang notabene ga menerapkan atau mempelajari bahasa arab secara intens.
Atau kamu merasa bukan siswa unggul sehingga minder dari maba lainnya yang sudah
bertahun-tahun mondok di pesantren.
Gue
saranin mending buang pikiran itu jauh-jauh. Sebab sejatinya kita ngerantau ke
Mesir buat belajar kan? Dalam kata lain mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya guna
menghilangkan kebodohan dalam diri kita. Jadi ga usah minder, semua yang belajar
di sini sama aja, sama-sama manusia, kalo laper makan nasi kalo kangen inget
kamu. Ups. Jadi yah asalnya kita semua sama-sama ingin menghilangkan kebodohan
dalam diri kita sebagaimana nasihat Imam Syafi,i Rahmatulloh 'alaihi.
Dan seiring berjalannya waktu, dengan hadirnya kita di kelas, majlis-majlis ta’lim, ataupun dengan seringnya berinteraksi langsung sama pemilik bahasanya , kita pasti bisa nguasain bahasa arab dengan baik. Jangan ogah-ogahan ikut talaqqi (kajian) di masjid-masjid maupun madyafah (Rumah kajian syaikh di Kairo) dengan alesan ga ngerti apa yang syaikh-nya omongin, salah besar kalo begitu, sebab kita ga hanya sekedar dituntut untuk paham, tapi dituntut untuk belajar, semakin lama kita sering mendengarkan bahasa arab dan akrab dengan-nya. Otak kita akan terus merekam hingga lisan menjadi mudah untuk mengucapkannya.
Dan seiring berjalannya waktu, dengan hadirnya kita di kelas, majlis-majlis ta’lim, ataupun dengan seringnya berinteraksi langsung sama pemilik bahasanya , kita pasti bisa nguasain bahasa arab dengan baik. Jangan ogah-ogahan ikut talaqqi (kajian) di masjid-masjid maupun madyafah (Rumah kajian syaikh di Kairo) dengan alesan ga ngerti apa yang syaikh-nya omongin, salah besar kalo begitu, sebab kita ga hanya sekedar dituntut untuk paham, tapi dituntut untuk belajar, semakin lama kita sering mendengarkan bahasa arab dan akrab dengan-nya. Otak kita akan terus merekam hingga lisan menjadi mudah untuk mengucapkannya.
"Tapi
kak, gimana kalo nanti pas tahdid mustawa saya dapet level rendah?"
(untuk lebih jelasnya tentang tahdid mustawa, silahkan baca ini http://www.jejaknile.org/2017/06/tips-lulus-tes-tahdid-mustawa-dengan.html)
Gini
ya, level itu hanya penempatan kelas berdasarkan hasil tes ujian tahdid mustawa
yang diadakan di markaz lugoh-nya lansgung di Mesir (Markaz Syaikh Zayed). Jikalau nantinya dapat
hasil yang rendah, bahkan paling rendah sekalipun, bukan berarti ga layak berada di mesir, gak sama sekali. Seperti yang udah gue
bilang di atas, semuanya butuh proses. Mungkin itulah proses yang harus
dijalani untuk bisa menjadi lebih mumpuni kedepannya. Mau dapat nilai rendah sekalipun, Insya Alloh bakal tetep kuliah tahun depannya, atau misalkan dapat tingkat menengah juga bakal tetep kuliah tahun depannya. Jadi ga usah khawatir
dengan masalah level. Dan ga usah malu kalo dapet level rendah, yang justru
harus malu tuh udah dateng jauh-jauh ke Mesir tapi males-malesan belajar, DL (Darul Lugoh) sering blos, ikut kajian males, ditambah kerjaanya main aja. Yah boleh lah sekali-kali
ga absen, eh jalan-jalan maksudnya, tapi jangan keseringan. Gunakan waktu setahun
itu untuk mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya di DL sebelum memasuki jenjang bangku
perkuliahan.
Semoga tulisan sederhana ini bisa
memotivasi teman-teman yang akan datang ke Mesir, khusunya bagi penulis
yang juga masih sangat awam. Akhir kata gue ucapin welcome to Egypt. Yeay!
Keren
ReplyDeleteMaa Syaa Alloh, sangat memotivasi, syukron jaziilan
ReplyDelete