Kenapa Anjing Mesir Takut Sama Manusia?





Satu hal lagi yang membuat gue takjub sama Mesir, yakni populasi anjing yang bertebaran layaknya manusia, hidup berbaur bersama mereka dan makan dari sisa mereka.  Maka tak jarang lo dapetin anjing-anjing tersebut ada di pasar-pasar, trotoar, depan imaroh (rumah), bahkan di bawah tangga rumah manusia. 

Gue termasuk orang yang sterotype dalam memandang anjing. Sebab bagaimanapun, (bagi umat islam) air liur anjing termasuk najis. Jika terkena liurnya, harus bertoharoh sebanyak 7 kali menurut jumhur ulama. 

Makanya kalau ada anjing lewat di depan gue, gue selalu beware dan berusaha menjauh. Bukan Karena takut, tapi alasan itulah yang membuat gue begitu. Meskipun orang Mesir akan tertawa melihat tingkah laku gue. 

Kalau di Indonesia, umumnya anjing identik dengan hewan najis dan menakutkan, betul? buktinya tiap kali papasan sama anjing, pasti lo menjauh dan lari kan? Ngaku aja lah. Gue juga begitu soalnya. Haha. Tapi di Mesir mah beda.  Lu bakal kaget pertama kali ke Mesir melihat realita anjing di sini yang jumlahnya banyak, rupanya lebih menakutkan daripada anjing-anjing di Indonesia namun takut dengan manusia. Gue nyebutnya muka serem, hati hello kitty. Karena ternyata digertak dikit, mereka bukan balik nyerang, malah kabur terbirit-birit. 

Pertanyaannya, kenapa anjing mesir pengecut seperti itu?  Apa yang melatar belakanginya?   

Menurut salah satu sohib gue asal Mesir, Hussam namanya. Konon, dahulu kala manusia dan anjing hidup bertetangga layaknya bangsa Manusia dan bangsa Orc dalam film ‘warcraft’. Ibarat 2 elemen yang berbeda, dari derajat yang berbeda -manusia dan hewan- melengkapi ekosistem tanah firaun tersebut. Ketika itu bangsa anjing tergolong eksklusif. Mereka tidak terlalu suka nongkrong di pasar, atau sekedar jajan to’miyah sembari ngasob di tempat yang ramai. 

Ketika memasuki abad pertengahan,  dunia telah berubah, modernsasi mulai merasuk ke dalam jiwa manusia. Jiwa-jiwa yang sombong itu akhirnya mulai menganggap rendah anjing dan mendiskreditkan mereka karena perbedaan derajat. Setiap hari, ada saja bangsa anjing yang dilukai oleh manusia-manusia modern itu. Tak jarang mereka merampas hak anjing, menyiramnya dengan kotoran atau kuah makrunah, -Karena kalau disiramnya pake aer lipton, rugi juga manusia- dan tak sedikit anak-anak anjing diculik untuk kemudian dijual ke perbudakan anjing di duwaiah.

Sang helder, kepala suku bangsa anjing pun tidak tinggal diam melihat perlakuan sewenang-wenang manusia terhadap rakyatnya. Ia pun mengutus kesatria-kesatria terbaik mereka untuk berjaga di setiap portal yang menjadi tempat manusia berkumpul. Jika ada yang berani melukai anjing lain, maka kesatria tersebut dengan sigap akan menyerang manusia itu. 

Hingga pada suatu malam di musim dingin. 4 orang pemuda menggenggam pistol dan kayu di tangannya, menyusuri Lorong kecil (salah satu tempat tinggal anjing di daerah tabbah). Tak ada motif apapun selain untuk berburu anjing dan menjualnya di duwaiah. Karena bisnis ini dianggap menguntungkan. Terlebih Mesir sedang dalam situasi politik yang kacau dan membutuhkan team anjing untuk menghendus setiap kejahatan. 

Ketika itu bangsa anjing sedang tidur di pembaringan mereka. Tak ada yang menyadari kedatangan manusia itu. Tak lama kemudian, mereka mulai beraksi mengarungi setiap anjing yang sedang tertidur dan memasukannya ke dalam mobil van yang mereka bawa. Jika anjing itu memberontak, maka peluru akan melayang ke dadanya. 

Aksi berutal ini terdengar sampai telinga helder. Ia pun naik pitam dan segera memutuskan untuk mengajak perang bangsa manusia guna mempertaruhkan harga diri dan menghilangkan segala kezaliman manusia. Tapi kali ini ia yang terjun langsung menangani masalah tersebut. Maka dibuatlah sayembara gulat antara raja anjing melawan manusia untuk membuktikan siapa yang paling kuat di antara mereka. Selama sebulan tak ada yang berani menghadapi tantangan raja helder tersebut. Sebab kekuatan helder itu sudah tak diragukan lagi. Dengan badan yang besar menyerupai beruang kutub, taring yang tajam, dan cakar yang panjang. Maka berurusan dengannya sama saja mencari mati.

Hingga di hari yang ke-40. Ada seorang musafir berbadan tegap yang tinggal nun jauh di desa terpencil bersedia tuk mengikuti gulat melawan raja anjing. Semua khayalak dari bangsa anjing dan manusia dikumpulkan di tanah lapang. Mereka menyaksikan bagaimana perwakilan manusia akan melawan raja anjing. Bangsa anjing yang diwakili oleh helder sangat mendominasi gulat, berbagai cakaran dan gigitan bertubi-tubi menghajar musafir itu. 

Namun ia hanya berusaha menghindar dan menghindar tanpa membalas pukulan si anjing itu. Dengan kelincahan uwais, ia mampu membuat anjing kewalahan dan akhirnya ia menemukan titik lemah si anjing raksaksa itu dan menghajarnya dengan kepalan tangan yang keras ke arah dada si anjing. Dan brukk. Anjing itu seketika tewas. Maka menanglah bangsa manusia.

Berita kekalahan raja anjing mulai tersebar ke seluruh Mesir. Terkhusus bangsa anjing yang merasa terpukul atas kematian raja yang mereka segani. Sejak saat itu, anjing mulai tunduk terhadap manusia. Mereka bukan mahkluk yang menyeramkan lagi, bahkan mereka sangat takut jika berhadapan dengan manusia. 

Namun seiring bergantinya zaman. Manusia mulai menyadari akan pentingnya rasa kasih saying terhadap makhluk ciptaa-Nya. Dan kita bisa liat sekarang anjing hidup dengan nyaman bersamaan dengan manusia tanpa ada rasa takut sedikitpun. 

Yap, jadi itulah jawaban singkat alasan kenapa anjing Mesir takut sama manusia. Walaupun kedengarannya kaga masuk akal, tapi cukup membuat gue bisa tidur nyenyak atas pertanyaan yang selama ini gentayangan di benak gue, atau mungkin di benak kalian juga.

Dan makasih udah buang waktu 5 menit anda membaca cerita ini : P

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kenapa Anjing Mesir Takut Sama Manusia?"

Post a Comment